Gangguan Psikosomatik, Gangguan Jiwa yang Paling Sering Ada
Dr Andri SpKJ - detikHealth
(Foto: thinkstock)Jakarta, Masalah kesehatan jiwa memang seringkali dipandang sebelah mata bahkan oleh para klinisi di bidang kesehatan. Kesehatan jiwa dianggap tidak lebih penting daripada kesehatan fisik.
Padahal badan kesehatan dunia (WHO) sendiri pada tahun 2020 memproyeksikan bahwa Depresi akan menjadi penyakit kedua terbanyak setelah penyakit jantung dan pembuluh darah.
Penelitian yang dilakukan oleh para staf di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) di sebuah Puskesmas di Jakarta Barat memperlihatkan hasil bahwa pasien yang datang ke puskesmas dengan keluhan fisik ternyata 30 persen lebih di antaranya mengalami gangguan kesehatan jiwa dan yang paling besar adalah gangguan depresi, cemas dan psikosomatik (28,5%).
Artinya orang yang datang dengan keluhan fisik ke pelayanan kesehatan belum tentu sebenarnya gangguan dasarnya bersifat fisik medis saja tetapi mungkin merupakan manifestasi dari keluhan gangguan kejiwaannya.
Sebagai seorang psikiater yang mengkhususkan diri dalam pembelajaran dan praktek psikosomatik, saya merasakan kebenaran akan hasil penelitian ini. Pasien dengan berbagai keluhan fisik yang sering datang ke berbagai macam dokter seringkali sebenarnya mengalami kondisi gangguan kesehatan jiwa. Gejala fisik adalah manifestasi dari gangguan jiwanya tersebut.
Somatisasi dan Psikosomatik
Gangguan psikosomatik dalam bahasa kedokteran jiwa lebih dikenal dengan sebutan Gangguan Somatisasi sebagai bagian dari payung diagnosis Gangguan Somatoform. Gejala yang paling khas dari gangguan Somatisasi adalah banyaknya keluhan yang terjadi di berbagai organ terutama lambung, otot, dan paling sering mengalami keluhan nyeri.
Gejala ini biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan untuk mendapatkan diagnosis tetap sebagai suatu Gangguan Somatisasi. Pasien dengan keluhan seperti ini biasanya akan berpindah-pindah dokter karena 'penyakitnya' tidak sembuh-sembuh.
Namun ternyata pada praktiknya diagnosis Gangguan Somatisasi jarang bisa ditetapkan pada semua pasien dengan keluhan-keluhan psikosomatik. Kebanyakan keluhan psikosomatiknya hanya beberapa saja atau hanya fokus di salah satu gejala seperti jantung berdebar, sesak napas dan tidak nyaman di daerah dada.
Lain kali pasien ada yang mengeluh lebih banyak keluhan lambungnya daripada yang lain. Kasus-kasus seperti ini yang lebih banyak terlihat di klinik daripada yang benar-benar sebagai gangguan somatisasi.
Survei yang dilakukan di Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera kepada pasien-pasien yang datang dengan keluhan psikosomatik, ternyata lebih dari 50% di antaranya, diagnosis dasarnya adalah Gangguan Cemas Panik dan hanya sekitar 10% yang murni sebagai gangguan Somatisasi.
Stigma Gangguan Jiwa
Sayangnya stigma dan kurangnya kepedulian serta pengetahuan masyarakat tentang gangguan kesehatan jiwa menyebabkan pasien biasanya tidak merasa bahwa berkunjung ke psikiater atau dokter jiwa akan menjadi solusi akan permasalahannya.
Kebanyakan malah menganggap dokter atau kerabat yang menyarankannya ke dokter jiwa menuduh mereka gila. Padahal gangguan jiwa kita tahu tidak hanya skizofrenia alias gila tetapi masih banyak yang lain. Bahkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia sendiri hanya di bawah 1 persen saja.
Untuk itulah peran dokter umum di pelayanan primer sangat penting dalam mendiagnosis keluhan-keluhan psikosomatik pada pasiennya. Pandangan seorang dokter terhadap pasien seharusnya menyeluruh dan berpikir dengan konsep biopsikososial.
Pendekatan biospikososial ini yang akan melihat pasien secara menyeluruh bukan hanya keluhan fisiknya saja tetapi juga apakah keluhan itu terkait juga dengan jiwa dan lingkungan sosialnya. Pada dasarnya semua penyakit pasti memiliki pendekatan biospikososial karena manusia memang makhluk biopsikososial.
Pengenalan kondisi terkait gangguan jiwa ini di pelayanan primer akan sangat penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan individu dan kualitas hidupnya. Dan ini tentunya merupakan tanggung jawab semua praktisi kedokteran khususnya bagi yang bergerak di pelayanan primer.
Untuk itulah penting bagi dokter baru agar semakin terampil dalam diagnosis gangguan jiwa apalagi terkait dengan keluhan dan gangguan psikosomatik.
Pada akhirnya kemampuan dokter-dokter umum khususnya yang akan berpraktek nanti akan lebih terasah dalam mendiagnosis kondisi keluhan psikosomatik yang sebenarnya sangat sering didapatkan pada pasien-pasien yang datang ke pelayanan primer dengan keluhan fisik. Sembari terus ingin mengingatkan bahwa menjadi terganggu jiwanya adalah suatu keniscayaan buat manusia yang memiliki jiwa dan raga.
0 komentar:
Posting Komentar